Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012, praktik
politik uang rawan terjadi pada warga Jakarta. Namun, pada kenyataannya,
warga Jakarta kini tidak lagi peduli pada praktik politik uang tersebut
mengingat mereka mengimpikan pemimpin yang bersih.
Peneliti dari
The Cyrus Network, Eko Dafid Afianto, mengakui bahwa saat ini warga
Jakarta cukup cerdas sehingga praktik politik uang ini tidak akan mampu
membuat seseorang memilih calon tersebut. Hal ini dibuktikan lewat
survei yang dilakukan pada 8-16 April terhadap 1.000 responden.
"Masyarakat sudah cerdas sehingga masalah politik uang ini tidak terlalu
dikhawatirkan di Jakarta," kata Eko saat jumpa pers tentang hasil
survei pra-Pilkada DKI Jakarta 2012, di Menteng, Jakarta, Rabu
(18/4/2012).
Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 40,8 persen
memilih tetap menerima uang tersebut, teapi tidak akan memilih kandidat
tersebut. Sementara 32,3 persen memilih untuk menolak uang dan tidak
memilih kandidatnya. "Hanya 10,7 persen yang mau terima uang dan pilih
kandidatnya. Ini tidak terlalu besar angkanya," ujar Eko.
Sementara
untuk masalah bagi-bagi sembako dan kaus, ternyata juga tidak
memengaruhi seseorang untuk menentukan pilihannya. Terbukti, sebanyak
46,3 persen tetap akan menerima barang tersebut, tetapi tidak akan
memilih orangnya. Kemudian, 27,5 persen tidak akan mengambil barang dan
tidak memilih orangnya. Sedangkan yang memilih untuk menerima barang
dan tetap memilih kandidatnya hanya berada pada angka 10,5 persen.
"Tidak berbeda jauh persentasenya. Artinya, masyarakat sudah paham
sehingga kemungkinan terjadi kecil," tandasnya.
sumber: kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar