Selalu ada perubahan dalam dunia musik, baik berkaitan dengan musik
secara langsung maupun tidak. Hal itu menunjukkan bahwa belantika musik
dunia dan Tanah Air memiliki dinamika yang sangat tinggi.
Perubahan dalam pentas industri musik menjadi bukti bahwa masyarakat pencinta musik memiliki semangat untuk terus bergerak maju. Mereka tidak mau terpaku pada apa yang sudah ada selama ini dan merasa puas pada prestasi yang diraihnya. Perubahan yang terjadi meliputi hampir semua aspek, baik jenis musik, gaya panggung, maupun tata busana para artis atau musisi.
Era 90-an begitu mengasyikkan untuk terus diingat dan direvitalisasi kehadirannya pada denyut kreativitas hari ini. Bukan bermaksud mengesampingkan zaman sekarang, namun era tersebut terlalu memorable untuk hanya muncul lalu hilang dari peredaran. Secara tidak langsung, pergerakan kultur komunitas dan pembangunan scene underground awal di Indonesia tumbuh pada era ini. Punk, metal, hardcore, grunge, bahkan britpop menyemarakkan tahun-tahun kejayaan mereka di era ini.
Dari beberapa iklim musik yang menjadi hits di era 90-an, terdapat dua iklim yang lahir, yakni Grunge dan Britpop. Kedua scene itu mengalami kemajuan yang pesat. Grunge yang berperan besar sebagai ikon dari ‘90-an bersaing ketat dengan rivalnya, britpop, yang lahir dari Inggris dan berperan sebagai antitesis dari kejayaan grunge. Britpop tumbuh dan menyebarkan pengaruhnya hingga merambah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Britpop masuk ke Indonesia melalui peran media, salah satunya melalui kanal MTV. Kala itu, MTV Indonesia yang mengudara di salah satu stasiun televisi banyak menampilkan video klip dari band-band asal Inggris, seperti Oasis, Blur, Shed Seven, Suede, Radiohead, dan Pulp. Musik yang ditawarkan oleh para musisi Inggris ini bukanlah deretan aransemen musik yang rumit, teriakan kemarahan yang menggebu-gebu, atau aksi panggung yang brutal dan chaos. Musik yang ditawarkan oleh band-band tersebut menawarkan nada yang catchy, musik yang anthemic, dan lirik-liriknya yang kebanyakan mengena di hati.
Seiring dengan perkembangannya, musik itu mendapat apresiasi yang sangat besar dari anak-anak muda yang tumbuh besar di era ini dan memunculkannya pada kehidupan berkomunitas yang lahir di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Di Indonesia, scene ini kemudian lazim disebut indies.
Kemajuan scene britpop ini di Indonesia terlihat di era pertengahan 90-an dengan banyak munculnya band yang membawakan musik tipikal sejenis dan lahirnya beberapa tongkrongan yang mengapresiasi genre ini. Munculnya band-band indies pada era itu seolah-olah memperkuat eksistensi mereka terhadap keberlangsungan iklim musik indies. Sebut saja deretan nama seperti Pure Saturday, Cherry Bombshell, Rumahsakit, Planet Bumi, atau Pestolaer (pada era awal 90-an mengusung musik punk, hingga beralih membawakan musik pop ala Stone Roses pada 1995). Beberapa band sempat juga merilis album dan meraih suksesnya sendiri, seperti Pure Saturday yang merilis albumnya secara independen pada 1995 serta Cherry Bombshell dengan Waktu Hijau Dulu pada 1997.
Memasuki era milenium, scene musik ini tidak lantas pudar walaupun di negara asalnya, scene ini mulai mengalami kemunduran pada 1998. Di Tanah Air, iklim musik ini masih terus berkembang dan terus meregenerasi. Di era awal milenium, kebangkitan indies banyak dipengaruhi jenis-jenis musik baru yang memiliki pertalian dengan britpop, seperti indiepop, shoegaze, lo-fi, atau elektropop.
Pada era ini, scene indies diramaikan kembali melalui acara seperti Poptastic, Les Voila, atau We Are Pop, dengan band-band seperti Blossom Diary, Sweaters, Santa Monica, Homogenic, Astrolab, Polyester Embassy, dan Twisterella. Pada era ini, bermunculan juga label rekaman indies lokal yang menaungi band-band tersebut, seperti FFWD, Poptastic Records, dan Aksara Records. (ger/R-2)
Pengaruh Kuat Rock Melayu
Awal 90-an adalah masa era keemasan rock Malaysia. Band-band rock baru bermunculan dengan albumnya, seperti Lestari, Handy Black, Putra, Fotograf, GAMMA, Blackrose, Qiara, Olan, Ekamatra, Iklim, Scarecrow (MASA), Menara, Dinamik, Analisa, Stra T.G, Illusi, Desire, Crossfire, Terra Rossa, XPDC, UG14, Teja, dan MAY.
Kepopuleran rock Malaysia pada masa keemasannya juga sampai ke Indonesia. Hal itu ditandai dengan kemunculan band Search dengan lagu hits andalannya, Issabella, pada 1989. Kemudian banyak band rock Malaysia bermunculan membanjiri pasar Indonesia, di antaranya Iklim, MAY, Dinamik, Arena, Wings, Ukays (Uk's), Senario, Samudera, Damasutra, Mega, Dinamik, Sofea, Ekamatra, XPDC, Gersang, GAMMA, Exists, Febians, Spring, OAG, dan Visa.
Selanjutnya, bermunculan perusahaan label record dari Indonesia yang mengedarkan album Rock Malaysia seperti BlackBoard, Musica Studios, dan EMI. Salah satu perusahan label kaset album rock Malaysia di Indonesia adalah Akurama Records (Indonesia). Uniknya, mereka (musisi atau band rock dari Malaysia) tidak terlalu mengetahui ternyata albumnya juga sampai dipasarkan ke Indonesia. Hasil dari penjualan album yang berada di Indonesia hanya diraup oleh pihak distributor.
Rupanya di awal 1990-an muncul juga band-band rock dari Indonesia sempat terpengaruh rock Malaysia, seperti Caesar, Keyboard Rock Band, dan Lochness. Lalu, ada juga penyanyi wanita seperti Cut Irna, Poppy Mercury, Inka Christie, disusul Nike Ardilla yang merupakan didikan Deddy Dores. Begitu banyak Deddy Dores memopulerkan penyanyi lady rocker seperti Anie Carera, Nin Samantha, Mayang Sari, Lady Avisha, dan Ikko. Begitu luar biasanya kepopuleran musik Malaysia sempat menguasai pasar di Indonesia membuat keberadaan mereka dibatasi. Bila ingin tampil di televisi (stasiun TVRI ketika itu) dan stasiun radio, mereka harus menggubah atau menyesuaikan judul dan lirik lagu ke dalam bahasa Indonesia. (ger/R-2)
Tentang Boy dan Girl Band
Keberadaan boy band atau girl band ini sebenarnya mengulang fenomena yang pernah terjadi pada 90-an. Saat itu, dunia musik dunia dimarakkan dengan kemunculan beberapa boy band dunia yang cukup menyita perhatian pencinta musik. Beberapa nama yang sempat menjadi kiblat penggemar musik dunia di antaranya kelompok New Kids On The Block (NKOTB), Guys Next Door, Backstreet Boys, dan Spice Girls atau TLC. Dua nama terakhir merupakan kelompok girl band yang pernah melejit namanya di musik dunia.
Meski demikian, tidak sedikit kalangan yang menganggap keberadaan boy dan girl band hanya sebagai bagian dari fenomena sesaat. Kehadiran mereka di belantika musik tidak memiliki kekuatan lebih jika dilihat dari sisi kualitas bermusik. Sebagian kalangan beranggapan kelompok-kelompok tersebut mampu menjadi daya tarik penggemar musik bukan karena kemampuan vokal yang istimewa, namun mengandalkan penampilan fisik semata tanpa diimbangi dengan kemampuan musikal. Inilah mengapa banyak boy band dan girl band yang tidak memiliki usia panjang dalam perjalanan karier mereka dan tenggelam seiring dengan pertambahan usia.
Ada benarnya ungkapan Steve Fisk, produser rekaman, yang mengatakan tidak ada lagi kultur orisinil setelah era 90-an. Sepertinya ungkapan kata-kata "Don't Forget Your Roots" akan senada pula dengan ungkapan "Dont Forget The 90s".
Perubahan dalam pentas industri musik menjadi bukti bahwa masyarakat pencinta musik memiliki semangat untuk terus bergerak maju. Mereka tidak mau terpaku pada apa yang sudah ada selama ini dan merasa puas pada prestasi yang diraihnya. Perubahan yang terjadi meliputi hampir semua aspek, baik jenis musik, gaya panggung, maupun tata busana para artis atau musisi.
Era 90-an begitu mengasyikkan untuk terus diingat dan direvitalisasi kehadirannya pada denyut kreativitas hari ini. Bukan bermaksud mengesampingkan zaman sekarang, namun era tersebut terlalu memorable untuk hanya muncul lalu hilang dari peredaran. Secara tidak langsung, pergerakan kultur komunitas dan pembangunan scene underground awal di Indonesia tumbuh pada era ini. Punk, metal, hardcore, grunge, bahkan britpop menyemarakkan tahun-tahun kejayaan mereka di era ini.
Dari beberapa iklim musik yang menjadi hits di era 90-an, terdapat dua iklim yang lahir, yakni Grunge dan Britpop. Kedua scene itu mengalami kemajuan yang pesat. Grunge yang berperan besar sebagai ikon dari ‘90-an bersaing ketat dengan rivalnya, britpop, yang lahir dari Inggris dan berperan sebagai antitesis dari kejayaan grunge. Britpop tumbuh dan menyebarkan pengaruhnya hingga merambah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Britpop masuk ke Indonesia melalui peran media, salah satunya melalui kanal MTV. Kala itu, MTV Indonesia yang mengudara di salah satu stasiun televisi banyak menampilkan video klip dari band-band asal Inggris, seperti Oasis, Blur, Shed Seven, Suede, Radiohead, dan Pulp. Musik yang ditawarkan oleh para musisi Inggris ini bukanlah deretan aransemen musik yang rumit, teriakan kemarahan yang menggebu-gebu, atau aksi panggung yang brutal dan chaos. Musik yang ditawarkan oleh band-band tersebut menawarkan nada yang catchy, musik yang anthemic, dan lirik-liriknya yang kebanyakan mengena di hati.
Seiring dengan perkembangannya, musik itu mendapat apresiasi yang sangat besar dari anak-anak muda yang tumbuh besar di era ini dan memunculkannya pada kehidupan berkomunitas yang lahir di kota-kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Di Indonesia, scene ini kemudian lazim disebut indies.
Kemajuan scene britpop ini di Indonesia terlihat di era pertengahan 90-an dengan banyak munculnya band yang membawakan musik tipikal sejenis dan lahirnya beberapa tongkrongan yang mengapresiasi genre ini. Munculnya band-band indies pada era itu seolah-olah memperkuat eksistensi mereka terhadap keberlangsungan iklim musik indies. Sebut saja deretan nama seperti Pure Saturday, Cherry Bombshell, Rumahsakit, Planet Bumi, atau Pestolaer (pada era awal 90-an mengusung musik punk, hingga beralih membawakan musik pop ala Stone Roses pada 1995). Beberapa band sempat juga merilis album dan meraih suksesnya sendiri, seperti Pure Saturday yang merilis albumnya secara independen pada 1995 serta Cherry Bombshell dengan Waktu Hijau Dulu pada 1997.
Memasuki era milenium, scene musik ini tidak lantas pudar walaupun di negara asalnya, scene ini mulai mengalami kemunduran pada 1998. Di Tanah Air, iklim musik ini masih terus berkembang dan terus meregenerasi. Di era awal milenium, kebangkitan indies banyak dipengaruhi jenis-jenis musik baru yang memiliki pertalian dengan britpop, seperti indiepop, shoegaze, lo-fi, atau elektropop.
Pada era ini, scene indies diramaikan kembali melalui acara seperti Poptastic, Les Voila, atau We Are Pop, dengan band-band seperti Blossom Diary, Sweaters, Santa Monica, Homogenic, Astrolab, Polyester Embassy, dan Twisterella. Pada era ini, bermunculan juga label rekaman indies lokal yang menaungi band-band tersebut, seperti FFWD, Poptastic Records, dan Aksara Records. (ger/R-2)
Pengaruh Kuat Rock Melayu
Awal 90-an adalah masa era keemasan rock Malaysia. Band-band rock baru bermunculan dengan albumnya, seperti Lestari, Handy Black, Putra, Fotograf, GAMMA, Blackrose, Qiara, Olan, Ekamatra, Iklim, Scarecrow (MASA), Menara, Dinamik, Analisa, Stra T.G, Illusi, Desire, Crossfire, Terra Rossa, XPDC, UG14, Teja, dan MAY.
Kepopuleran rock Malaysia pada masa keemasannya juga sampai ke Indonesia. Hal itu ditandai dengan kemunculan band Search dengan lagu hits andalannya, Issabella, pada 1989. Kemudian banyak band rock Malaysia bermunculan membanjiri pasar Indonesia, di antaranya Iklim, MAY, Dinamik, Arena, Wings, Ukays (Uk's), Senario, Samudera, Damasutra, Mega, Dinamik, Sofea, Ekamatra, XPDC, Gersang, GAMMA, Exists, Febians, Spring, OAG, dan Visa.
Selanjutnya, bermunculan perusahaan label record dari Indonesia yang mengedarkan album Rock Malaysia seperti BlackBoard, Musica Studios, dan EMI. Salah satu perusahan label kaset album rock Malaysia di Indonesia adalah Akurama Records (Indonesia). Uniknya, mereka (musisi atau band rock dari Malaysia) tidak terlalu mengetahui ternyata albumnya juga sampai dipasarkan ke Indonesia. Hasil dari penjualan album yang berada di Indonesia hanya diraup oleh pihak distributor.
Rupanya di awal 1990-an muncul juga band-band rock dari Indonesia sempat terpengaruh rock Malaysia, seperti Caesar, Keyboard Rock Band, dan Lochness. Lalu, ada juga penyanyi wanita seperti Cut Irna, Poppy Mercury, Inka Christie, disusul Nike Ardilla yang merupakan didikan Deddy Dores. Begitu banyak Deddy Dores memopulerkan penyanyi lady rocker seperti Anie Carera, Nin Samantha, Mayang Sari, Lady Avisha, dan Ikko. Begitu luar biasanya kepopuleran musik Malaysia sempat menguasai pasar di Indonesia membuat keberadaan mereka dibatasi. Bila ingin tampil di televisi (stasiun TVRI ketika itu) dan stasiun radio, mereka harus menggubah atau menyesuaikan judul dan lirik lagu ke dalam bahasa Indonesia. (ger/R-2)
Tentang Boy dan Girl Band
Keberadaan boy band atau girl band ini sebenarnya mengulang fenomena yang pernah terjadi pada 90-an. Saat itu, dunia musik dunia dimarakkan dengan kemunculan beberapa boy band dunia yang cukup menyita perhatian pencinta musik. Beberapa nama yang sempat menjadi kiblat penggemar musik dunia di antaranya kelompok New Kids On The Block (NKOTB), Guys Next Door, Backstreet Boys, dan Spice Girls atau TLC. Dua nama terakhir merupakan kelompok girl band yang pernah melejit namanya di musik dunia.
Meski demikian, tidak sedikit kalangan yang menganggap keberadaan boy dan girl band hanya sebagai bagian dari fenomena sesaat. Kehadiran mereka di belantika musik tidak memiliki kekuatan lebih jika dilihat dari sisi kualitas bermusik. Sebagian kalangan beranggapan kelompok-kelompok tersebut mampu menjadi daya tarik penggemar musik bukan karena kemampuan vokal yang istimewa, namun mengandalkan penampilan fisik semata tanpa diimbangi dengan kemampuan musikal. Inilah mengapa banyak boy band dan girl band yang tidak memiliki usia panjang dalam perjalanan karier mereka dan tenggelam seiring dengan pertambahan usia.
Ada benarnya ungkapan Steve Fisk, produser rekaman, yang mengatakan tidak ada lagi kultur orisinil setelah era 90-an. Sepertinya ungkapan kata-kata "Don't Forget Your Roots" akan senada pula dengan ungkapan "Dont Forget The 90s".
sumber:http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/88736
1 komentar:
Musik jadul era 90an emang kagak ada matinya gan. Ane juga masih suka dengerin musik jadul 90an dibanding musik2 jaman sekarang.
Posting Komentar